ALUMNI AKTIVIS PERHIMPUNAN PERS MAHASISWA INDONESIA (FAA PPMI) GELAR DISKUSI “PERTANIAN BERKELANJUTAN SOLUSI KETAHANAN PANGAN GLOBAL”


Jakarta – Diskusi publik FAA PPMI dan OXFAM, pada Minggu, 30 Oktober 2016 di Hotel Ibis Thamarin bertajuk “Memajukan Pertanian Berkelanjutan untuk Wujudkan Hak Atas Pangan” mengetengahkan sejumlah isu krusial tentang pertanian berkelanjutan dan pemenuhan hak atas pangan.  Selain narasumber berkompeten di antaranya pemerhati isu pangan, pemerintah, dan NGO diskusi publik kali ini terasa istimewa karena hadir artis Dea Ananda yang turut menjadi pembicara.

Pelantun lagu anak-anak di era 90-an itu menyampaikan pandangan tentang pentingnya mempromosikan pangan lokal di dunia internasional. “Korea, Jepang mampu menjadikan produk pangan lokal mereka sebagai konsumsi masyarakat di negara lain. Indonesia yang kaya akan keberagaman tanaman pangan seharusnya bisa lebih baik,” katanya. Dea mengaku sedari kecil terbiasa mengkonsumsi makanan sehat, organik dan sesuai porsi yang berdampak positif bagi kelangsungan kesehatan tubuh.

Pembicara lain, Tjuk Eko Eri Basuki dari Kementrian Pertanian mengawali presentasi tentang konsep pertanian berkelanjutan dengan kearifan lokal. “Pertanian sebaiknya jangan disempitkan artinya sebatas produksi pangan, tapi merupakan kehidupan itu sendiri,” tuturnya.
Sistem pertanian Indonesia menurut Tjuk sebenarnya sarat dengan kearifan lokal sesuai nilai-nilai yang dianut dan dipraktikkan masyarakat di setiap daerah. Misalnya pertanian di Jawa mengenal istilah pranoto mongso sebagai metode pertanian berkelanjutan dengan tetap menjaga keseimbangan jejaring pangan. Menurutnya, melalui pranoto mongso petani bisa mengetahui dan memprediksikan pola bercocok tanam yang tepat di masa-masa krisis.

Sedangkan Direktur Keadilan Ekonomi Oxfam Indonesia Dini Widiastuti mengingatkan tentang peran perempuan dalam praktik pertanian berkelanjutan. “Perempuan mesti terus dilibatkan dalam mekanisme produksi pangan, berperan aktif melaksanakan pertanian bekelanjutan,” tuturnya. Oxfam Indonesia merupakan salah satu LSM Internasional yang berkomitmen untuk mencapai Sustainable Development Goal’s salah satu tujuan adalah mengakhiri kelaparan melalui pencapaian ketahanan pangan, peningkatan nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan.

Perencana Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian PPN (Bappenas) Noor Avianto memberikan pandangan tentang kebijakan produksi lima tahun ke depan. Terkait pangan dan pertanian berkelanjutan, pemerintah akan meningkatkan tanaman pangan padi mencapai surplus beras. Memfokuskan jagung untuk memenuhi keragaman pangan lokal, mengamankan kecukupan kebutuhan kedelai untuk konsumsi produsen tahu dan tempe. Selain itu pemerintah akan memfokuskan pemenuhan konsumsi rumah tangga terkait gula, daging sapi dan garam.

Tentang tren pangan global, Khudori sebagai pengamat pangan dan pertanian yang merupakan anggota FAA PPMI menyebutkan sejumlah kecenderungan. Misalnya telah terjadi reduksi keanekaragaman hayati, saat ini petani kian tergantung pada paket teknologi, benih, pupuk, pestisida, dari luar negeri. Selain itu, terdapat kerentanan sistem pertanian negara berkembang.

Khudori menyebutkan sejumlah faktor penyebab kecenderungan negatif tersebut. Misalnya, saat ini pangan hanya berfokus pada sedikit spesies ternak. Dari 3.000 spesies tumbuhan yang dibudidayakan untuk pangan, TNCs hanya berfokus pada 16 tanaman pangan utama, terutama biji-bijian beras, jagung dan gandum. Begitu pula pada komoditas aneka kacang, TNCs hanya fokus pada kedelai dan kacang tanah. Padahal, ada kecipir yang semua bagian bisa dimakan dan koro-koroan yang lebih potensial.

Memungkasi seluruh pembahasan terkait hak atas pangan dan pertanian berkelanjutan, Koordinator Presidium FAA PPMI Agung Sedayu menerangkan bahwa pertanian dan petani di masa kemerdekaan merupakan soko guru revolusi Indonesia. Kini, petani terpinggirkan jauh dari ladang dan tanah garapnya. Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan tentunya menginginkan kemandirian pangan sehingga mampu menciptakan ketahanan pangan. “Program pertanian berkelanjutan sudah semestinya menjadi tujuan jangka panjang dan menengah nasional, penting untuk terus mensinergikan program dan kegiatan yang mendorong kemandirian petani,” pungkasnya. []