Menkes Nila Moeloek Serasa Ngerasain Juga Tersedak Asap !

¤
Tersedak adalah suatu kondisi dimana ada sesuatu yang asing masuk kedalam sistem organ pernapasan penderita. Kali ini yang serasa tersedak adalah Menkes berikut dengan jajarannya. Ya, Menkes Nila Moeloek dan crew Kemenkes serasa tersedak asap! Benar dugaan mas bro dan mba sista, beliau tuh serasa tersedak akibat kebakaran hutan di Sumatera maupun Kalimantan!
¤
Sebagaimana yang mas bro mba sista ketahui, kebakaran hutan dan lahan gambut telah terjadi pada beberapa propinsi di Indonesia selama berbulan-bulan. Akibatnya, sebagian wilayah barat Indonesia diterjang asap yang pekat dan sangat mengganggu kesehatan. Sudah 70 ribuan orang menderita Ispa atau infeksi saluran pernapasan. Bahkan, korban jiwa sudah berjatuhan.
¤
Pemerintah berikut BNPB/BASARNAS/TNI/PORLI termasuk ribuan sukarelawan memang telah bekerja siang & malam. Baik personil maupun peralatan terus ditambah dan didatangkan. Namun sepertinya, jumlah titik api bukan makin berkurang, sebaliknya justru semakin bertambah! Ratusan titik api dalam radius ribuan Km persegi memang berhasil dipadamkan tetapi, ribuan titik api yang baru malah kembali bermunculan dalam radius yang lebih melebar lagi!
¤
Presiden Jokowi sendiri menargetkan minggu-minggu depan kabut asap sudah harus tuntas! Pemerintah sendiri terpaksa harus minta bantuan beberapa negara asing sekaligus menyewa pesawat pemadam kebakaran hutan super canggih dari Rusia. Tampak repot sekali menepis kabut asap kali ini. Entah itu dikarenakan kemarau panjang hingga banyak lahan kering kerontang atau, entah karena kesengajaan oknum maniak pembakar hutan. Sampai dengan tanggal 12 Oktober 2015, Polri telah merekap 244 perkara kemungkinan terjadinya tindak pidana pembakaran hutan dan lahan gambut.
¤
Semua pihak yang saat ini tengah bekerja keras bahu membahu memadamkan asap memang layak mendapat sokongan dan pujian. Tetapi, Menkes Nila Moeloek malah mendapat cercaan. Mengapa demikian? Ya, entah beliau baca entah, belum sempat baca atau masih belum tahu, yang jelas telah beredar sepucuk surat terbuka berkaitan dengan kabut asap yang ditujukan kepada Menkes. Entah memang Menkes sendiri yang bicara, entah karena wartawan yang keliru mereview atau, entah karena publik yang terlalu cepat mengambil kesimpulan tetapi, yang jelas surat terbuka itu memprotes keras Menkes khususnya statement beliau bahwa, "Bahaya kabut asap masih dalam batas belum terlalu mengkhawatirkan."
¤
Jika memang Menkes sendiri yang berucap langsung, wajar saja bila beliau mendapat protes keras atau malah cercaan dari warga masyarakat yang begitu menderita karena sekian lama telah diterjang kepungan asap! Dan jika Menkes sudah membaca surat terbuka itu niscaya, beliau pasti merasa seperti tersedak asap pekat juga, sebagaimana warga yang menderita. Ngak percaya? Cari dan baca saja surat terbukanya! Oke, jedalah dulu membaca tulisan ini setidaknya selama lima menit guna mas bro mba sista surfing & baca surat protes itu!
¤
5 menit... 4 menit... 3 menit... 2 menit... 1 menit... 9.. 8.. 7.. 6.. 5.. 4.. 3.. 2.. 1...  Oks, setelah 5 menit berlalu berarti surat terbuka bernada keras yang insya Allah bisa membuat Menkes tersedak itu sudah selesai dibaca. Silahkan, mas bro mba sista boleh kembali membaca tulisan ini.
¤
Dapat dipahami kekecewaan, kekesalan, kegalauan dan kemarahan seorang atau lebih para penderita sakit gigi kronis yang tengah mengantri di Puskesmas namun sementara, sang Dokter malah bilang, "Ibu-ibu & bapak-bapak, setelah saya lihat pipi semuanya ndak ada yang sebesar nangka mateng maka, belum terlalu perlu penanganan segera. Hari ini saya ada rapat dengan Bupati, ibu dan bapak Silahkan kembali besok." Tentu saja, radang gigi penderita spontan bertambah meradang, makin akut plus tensi makin kalut! Ancurrr makCieeek...
¤
Kemungkinan, seperti para penderita sakit gigi kronis itulah kondisi yang dialami si pembuat surat terbuka dan boleh jadi mewakili banyak warga lainnya yang juga tengah dirundung kontaminasi asap pekat. Menkes tidak perlu sewot, sebaliknyalah Menkes harus bisa memahami. Umumnya orang sakit minta lebih dimanja dan dilayani sebab, tidak ada sakit yang enak (kecuali gatal, yang memang enak digaruk-garuk tapi hati-hati, lho.., kebanyakan garuk bisa jadi borok!). Itulah sebabnya banyak orang bijak yang menempatkan kesehatan sebagai harta paling berharga. Sekali lagi, meski tahta setinggi langit dan harta sebanyak buih di lautan, sakit tuh tetap ngak enak!
¤
Mari kita ulangi cerita tentang sakit gigi. Ketika seseorang sedang menderita sakit gigi kronis, iapun segera minta diantar oleh tetangga ke klinik/Puskesmas di pusat kecamatan. Namun sial, si tetangga karena ingin si penderita cepat tertangani, melaju kencang tak sempat membaca rambu. Hingga, kena tilang Polisi dan waktupun terbuang percuma. Tiba di klinik/Puskesmas hari sudah siang. Sang Dokter Gigi tengah bersiap untuk keluar karena, musti bekerja lagi di klinik/Puskesmas lain yang juga membutuhkan kehadirannya. Pada penderita, si Dokter Gigi hanya berkata, "Ngak apa-apa.., kalau masih sakit besok pagi saja berobatnya, hari ini cukup dengan kumur air garam."
¤
Nah menurut mas bro dan mba sista, Siapa yang paling berpeluang kena semprot oleh si penderita? Pabrik gula dan permen yang bikin ketagihan? Produsen odol yang tidak becus bikin odol cukup sekali pakai untuk seumur hidup? Secuil daging sapi yang membusuk nyangkut di sela gigi? Tetangga yang berniat baik? Polisi yang menjalankan tugas? Atau.., Dokter Gigi yang harus keliling dari satu klinik/Puskesmas ke klinik/Puskesmas lain?
¤
Mas bro dan mba sista, ada beberapa pertanyaan lagi untuk dianalisa sebelum kita menjustifikasi (nge'judge) sementara pihak, diantaranya ;
  • Dimana Menkes saat hutan dan lahan gambut mulai terbakar atau sengaja dibakar, apakah beliau terlibat? 
  • Mana yang dituntut untuk didahulukan, pemadaman hutan atau penanggulangan dan pengobatan warga yang terkena dampak asap pekat? 
  • Mana yang lebih diharapkan orang, api padam dan asap hilang atau nyawa anggota keluarganya bisa diselamatkan? 
  • Dimana banyak warga masyarakat berkumpul, di hutan turut memadamkan api atau di rumah sakit mengharap anggota keluarganya kembali sehat? 
  • Apa yang terjadi jika Menkes bicara sebaliknya, "Keadaan sudah sangat berbahaya, jutaan warga bisa kehilangan nyawa dan musti segera dievakuasi!"
¤
Sebagai institusi harapan pamungkas tiap keluarga Indonesia, wajar saja kan, orang semprat semprot semprit minta lebih diperhatiin Menkes, lha wong siapa sih yang mau jatuh sakit? Siapa pula yang jatuh sakit ngak mau cepat sembuh? Mas bro dan mba sista, Menkes berikut jajaran rumah sakit di seluruh Indonesia memang sudah lama menjadi muara berbagai tumpukan persoalan lengkap dengan berbagai tudingan orang-orang yang ingin didahulukan terlayani. Begitulah memang, resiko menjadi tumpuan pengharapan semua orang terhadap penanganan kesehatan di republik ini.
¤
Tetapi rasanya, masih wajar pula bila memang Menkes bilang, "Kondisi belum dalam taraf mengkhawatirkan" guna tidak membuat panik dan gaduh sejagat! Kondisi sekritis apapun, tokh harus dihadapi dengan tenang dan fokus! Ibarat kata, sekalipun kondisi jantung pasien sudah bip..bip..tit.. Psikologi pasien harus tetap tenang sehingga operasi bedah super rumit bisa berjalan baik dan selamat.
¤
Mas bro dan mba sista, tulisan ini dibuat bukan untuk menyanggah atau malah sebaliknya turut dukung menyebar luaskan surat terbuka tersebut. Tulisan ini juga bukan untuk membela Menkes ataupun sebaliknya, turut menyemprot Menkes! Sebenarnya maksud tulisan ini adalah ikut rame-rame menuntut Menkes agar tetap fokus menjalankan program NUSANTARA SEHAT (Baca :menkes cari tenaga baru untuk nusantara sehat) & JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), menyediakan Dokter Tetap disetiap wilayah 4T (Terpencil, Terasing, Terluar dan Tertinggal) Indonesia. Jangan Menkes cuma fokus cegah Ispa dengan sebar puluhan ribu masker dan tiap hari kelilingan rumah sakit terdampak asap sementara, Puskesmas di wilayah 4T masih belum punya Dokter tetap. Dokternya masih harus kelilingan!
¤
Dokter harus kerja menetap, sebaliknya Menkes harus siap kelilingan mau membagi PERHATIAN! Bagi yang disana Ispa dan bagi yang disini kekurangan Dokter! Di semua tempat banyak orang sekarat, butuh Dokter butuh Menkes! Kemenkes dan jajarannya Jangan fokus cuma sebelah, Kepala suku nanti bisa marah!
 *********